SELAMAT DATANG DI QOLBUN SALIM MOTIVATION TRAINING

Selamat bergabung, dengan komunitas orang - orang yang hebat..........

Jumat, 16 Oktober 2009

POHON APEL


Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut Masa berlalu? anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. ?Marilah bermain-mainlah di sekitarku,? ajak pohonapel itu.? Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau,? jawab remaja itu.? Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untukmem belinya,? tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, ?
Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.? Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu?Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.?Marilah bermain-mainlah di sekitarku,? ajak pohon apel itu.?Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?? Tanya anak itu.?
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahan ku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.? Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagiselepas itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telahmatang dan dewasa.?Marilah bermain-mainlah di sekitarku,? ajak pohonapel itu.? Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?? tanya lelaki itu.?
Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengangembira,? kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu.?
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangkuuntuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati?? kata pohon apel itu dengan nadapilu.? Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigiuntuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana akusudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin istirahat,? jawab lelaki tuaitu.?
Jika begitu, istirahatlah di perduku,? kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuanmereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dangembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikapkejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, ituhakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kinimelayan ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapakepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun

KENAPA NGGAK PUNYA MOBIL ?


Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan di wajah seorang bocah 6 tahun, saat melihat lalu-lalangnya kendaraan di jalan. Bocah itu seakan tidak memperdulikan hilir mudik orang-orang yang melaluinya bahkan ada beberapa orang yang hampir menendangnya. Dia pun seakan tidak senang saat beberapa orang yang lewat memasukan uang receh ke dalam kaleng yang sengaja di simpan di depannya.
?Sudah dapat berapa Ujang?? sapa seorang wanita umur 40 tahunan yang mengagetkan si Ujang. Si Ujang menengok wanita yang nampak lebih tua dari umur sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya yang sama-sama membuka praktek mengemis sekitar 100-200 meter dari tempat si Ujang mengemis.
?Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri,? jawab si Ujang sambil melihat kaleng yang ada di depannya. Tanpa menunggu wanita yang dipanggil Emak itu mengambil kaleng yang ada di depan si Ujang. Kemudian isi kaleng tersebut ditumpahkan ke atas kertas koran yang menjadi alas mereka duduk.
?Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini. Sisanya buat membeli kupat tahu besok pagi.? Kata si Emak sambil tersenyum lebar, karena rezeki malam itu lebih banyak dari hari-hari biasanya.
?Mak?? kata si Ujang tanpa menghiraukan ucapan ibunya, ?koq orang lain punya mobil? Kenapa Emak nggak punya?? Tanya si Ujang sambil menatap wajah ibunya.
?Ah, si Ujang mah, aya-aya wae, boro-boro punya mobil, saung aja kita mah nggak punya.? kata si Emak sambil tersenyum. Si Emak kemudian membungkus uang yang telah dipisahkannya untuk besok dengan sapu tangan yang sudah lusuh dan dekil.
?Iya, tapi kenapa Mak?? Rupanya jawaban si Emak tidak memuaskan si Ujang.
?Ujang ?. Ujang?.? kata si Emak sambil tersenyum. ?Kita tidak punya uang banyak untuk membeli mobil.? kata si Emak mencoba menjelaskan. Tetapi nampaknya si Ujang belum puas juga,
?Kenapa kita tidak punya uang banyak Mak?? tanyanya sambil melirik si Emak.
?Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja kantoran jadi uangnya banyak.? kata si Emak yang nampak akan beranjak. Seperti biasa sehabis matahari tenggelam si Emak membeli nasi dengan porsi agak banyak dengan 3 potong tempe atau tahu. Satu potong untuk si Emak sedangkan 2 potong untuk si Ujang anak semata wayangnya.
Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan pertanyaan. Raut wajah si Ujang masih nampak bingung.
?Ada apa lagi Ujang?? kata si Emak sambil menyeka keringat di keningnya.
?Kenapa Emak nggak kerja kantoran saja?? tanya si Ujang dengan polosnya.
?Siapa yang mau ngasih kerjaan ke Emak, Emak mah orang bodoh, tidak sekolah.? Jawab si Emak sambil membuka bungkusan yang dibawanya.

KEKAYAAN


Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut. Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang? Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar. "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk.
Kami akan menunggu sampai suami mu kembali, kata pria itu. Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini.
Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam. "Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan."Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran. Salah seorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan, "katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu.
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan. Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita. "Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta. Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam. Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita.
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini. Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.
Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga? Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.(afzn.com)

KEPOMPONG KUPU


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Orang itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya kupu-kupu itu telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya. Namun, kupu-kupu itu mempunyai tubuh gembung dan kecil serta sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh kupu-kupu itu, yang mungkin akan berkembang.
Namun semuanya tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang.
Yang tidak dimengerti dari kebaikan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk ke dalam sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.
Saya mohon Kekuatan ... Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon Kebijakan ... Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.Saya memohon Kemakmuran ... Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.
Saya memohon Keteguhan hati ...Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.Saya memohon Cinta ... Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon Kemurahan/Kebaikan hati ... Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

KISAH 2 EKOR KODOK


Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan. Malangnya, dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati.Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja.
Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil. Akhirnya, dengan sebuah lompatan yang kencang, dia berhasil sampai di atas.Kodok lainnya takjub dengan semangat kodok yang satu ini, dan bertanya "Apa kau tidak mendengar teriakan kami?" Lalu kodok itu (dengan membaca gerakanbibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli.
Akhirnya mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok tersebut.
Apa yang dapat kita pelajari dari ilustrasi di atas?
Kata-kata positif yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari. Sebaliknya, kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan.Suarakan 'kata-kata kehidupan' kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.Semua orang dapat mengeluarkan 'kata-kata kehidupan' untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnyabangkit dari keputus-asaanya, kejatuhannya, kemalangannya.

KISAH SESENDOK MADU


Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kota pun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.Tetapi dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatu cara untuk mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa kemudian terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berpikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab.
Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalam berbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam, memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi: “Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108)Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.
“Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)
Perhatikan kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri.” Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu.” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.

RAPAT TIKUS


Seekor kucing jadi gara-gara! Hampir saban waktu dia mengendap, mengintip, menyergap, menangkap, mempermainkan, atau memangsa tikus. Pokoknya, kucing itu melakukan semua tindakan yang menjadikan semua tikus dilanda ketakutan luar biasa. Sudah banyak korban jatuh di kalangan tikus. Itu benar-benar teror yang mengerikan bagi para tikus.
Keadaan ini tentu saja tidak boleh berlangsung terus! Oleh karena itu, mesti ada cara jitu agar tikus-tikus ke luar dari bencana; mesti ada solusi dan jalan ke luar dari malapetaka ini. Tapi bagaimana caranya? Untuk itu, tikus-tikus mengadakan rapat. Waktu dan tempatnya mereka rahasiakan. Rapat dibuka. Pimpinan rapat memberi kesempatan kepada tikus-tikus untuk melaporkan semua bentuk kerugian yang mereka alami. Tidak dinyana, betapa pilu dan miris mendengar laporan mereka yang kehilangan sanak saudara. Bahkan ketika 'ibu' tikus menceritakan kronologis penyiksaan anaknya di depan mata kepalanya sendiri, hampir semua tikus meneteskan air matanya. Tidak itu saja, dada para hadirin menjadi sesak dengan emosi yang menggelora. Maka, ketika seekor tikus berterikak , "Bunuh kucing keparat!", serta merta semua tikus menyambutnya. Suara tikus membahana mengulang-ulang seruan itu.
Ketika secara perlahan keadaan menjadi tenang kembali, tikus-tikus mulai berpikir keras. Kebencian dan dendam membangkitkan imaginasi yang bervariasi akan cara-cara untuk melampiaskannya. Tentu saja banyak pilihan yang mungkin dilakukan oleh tikus. Dan karena ini tanggung jawab yang besar, maka setiap tikus memikirkan cara terbaik untuk membunuh sang teroris. Rapat dilanjutkan. Pimpinan sidang menerima kesepakatan para hadirin. Kucing itu harus dibunuh! Pimpinan sidang membuka termin usulan. Satu per satu hadirin mengajukan usul-usul terbaik mereka. Luar biasa, sebanyak kepala tikus, hampir sebanyak itu pula usulan yang diajukan. Dari cara yang sederhana sampai cara yang canggih. Dari cara yang rasional sampai yang berbau klenik. Semua usulan berujung pada kebinasaan sang teroris. Maka ketika pimpinan sidang meneriakkan, "Mampus kucing!" , para hadirin menyambutnya dengan, "Hidup tikus! Hidup tikus! Hidup tikus!"
Termin pembahasan berjalan dengan seru. Membunuh kucing dengan senjata api sangat mudah, tapi masalahnya adalah tidak ada seekor tikus pun yang punya tangan sebesar tangan manusia. Membunuh kucing dengan menjatuhkan batu besar dari ketinggian juga tidak mungkin. Meminta manusia membunuh kucing juga tidak mungkin berhasil; Bukan karena itu tidak bisa dilakukan, tetapi lebih karena loby tikus tidak sebaik loby kucing kepada manusia. Setiap usulan dibahas dengan seksama, tapi cepat dan lancar.
Dari semua itu, maka yang paling mungkin adalah memberi kucing racun dengan cara memangsa tikus yang sudah dilumuri racun. Pimpinan sidang menetapkan dan memutuskan, memberi mangsa kucing dengan tikus yang dilumuri racun! Bagi rapat tikus, ini adalah keputusan excellent! Dan tentu saja keputusan ini paling baik dari rapat paling baik yang pernah dilakukan para tikus.
"Mampus kucing, hidup tikus!" Semua tikus sepakat, "Mampus kucing, hidup tikus!" Semua tikus senang, "Mampus kucing, hidup tikus!"
Pimpinan sidang mendiamkan para hadirin, "Jadi, saudara sekalian, kita sepakat untuk meracuni kucing! Mampus kucing, hidup tikus!"
Para hadirin, "Akuuurrr! Setujuuuu! Mampus kucing, hidup tikus! Mampus kucing, hidup tikus! Mampus kucing, hidup tikus!"
Pimpinan sidang, "Sekarang, siapa yang bersedia dimangsa kucing?"
Lalu, satu per satu tikus mulai meninggalkan sidang. Tidak ada seekor tikus pun yang bersemangat untuk menyambut seruan itu. Keadaan berubah, tidak ada lagi emosi, tidak ada lagi greget. Tidak ada seekor tikus pun yang berapi-api. Tidak ada lagi gairah yang berkobar-kobar sebagaimana saat mereka meneriakan yel-yel sebelumnya, "Mampus kucing, hidup tikus!" Tidak ada! Ternyata, tidak ada seekor tikus pun yang bersedia menjadi mangsa kucing.